Penggembala Dan Wanita Cantik

Dahulu kala, ketika bumi masih berumur sangat muda dan jumlah manusia sebagai penduduk bumi masih sangat sedikit. Terdapat seorang wanita yang paling cantik di antara wanita-wanita penduduk bumi lainnya. Kecantikannya melebihi kecantikan langit malam yang cerah dan dihiasi bintang-bintang.

Wanita itu bernaman Zahrah. Karena kecantikannya yang luar biasa ia mampu menaklukan setiap mata yang memandangnya. Tidak hanya kaum laki-laki, para perempuanpun tak akan bisa mengalihkan pandangannya bila terlanjur melihatnya.

Zahrah selalu berjalan dengan bangga dan angkuh akan kecantikan yang ia miliki. Sampai suatu saat ia bertemu dengan seorang nenek.

“Wahai wanita cantik maukah engkau menikahi cucuku? Usiaku sudah tak akan lama lagi, dan aku takut ketika aku mati. Tak ada yang mengurusi cucuku satu-satunya ini” kata si nenek, napasnya berat dan terengah-engah sambil gemetaran memegang tongkat yang menopang tubuhnya yang bungkuk.

“Kekayaan apa yang engkau miliki hingga berani-beraninya melamar diriku?” balas Zahrah dengan nada suara yang meninggi.

“Cucuku hanya seorang penggembala kambing, tapi dia selalu berbuat baik dan penuh kasih sayang” jawab si nenek.

“Apakah kau tak pernah mendengar tentang kecantikanku yang membuat setiap raja bersujud demi bisa meminangku untuk jadi istrinya,” Dadanya membusung, suaranya sarat kesombongan.

“Kecantikanmu itu tidaklah abadi, lihat diriku. Apakah bisa kau temukan kalau diriku dulu lebih cantik daripada kamu. Kau pun sama saja setiap hari kecantikanmu semakin memudar sampai akhirnya dirimu sekarang akan seperti diriku sekarang.” ujar si nenek kemudian berlalu meninggalkan Zahrah.

Mendengar itu Zahrah termenung, sampai-sampai ucapan si nenek itu membuatnya tidak bisa tidur dan banyak menghabiskan waktu di depan cermin. Semakin sering ia melihat cermin semakin sadarlah Zahrah kalau kecantikannya sedikit demi sedikit mulai memudar. Saking gelisahnya, Zahrah mengadakan sayembara siapapun yang bisa memenuhi keinginannya dia akan menjadikan dirinya sebagai istri dari si pemenang.
Kabar ini langsung terdengar ke pelosok negeri, mulai dari laki-laki biasa sampai para raja datang untuk mengikuti sayembara demi bisa menjadikan Zahrah sebagai istrinya.

Antriannya sangat panjang dan terus bertambah. Laki-laki pertama masuk lalu bertekuk lutut di hadapan Zahrah dan menanyakan apa yang diinginkannya.

“Wahai wanita yang kecantikannya melebihi langit malam, katakan padaku apa yang engkau inginkan?”

“Siapa kamu?” tanya Zahrah, duduk di singgasananya dengan sombong.

“Hamba adalah seorang pemburu yang sangat terkenal, tak ada satupun buruan yang tidak mungkin hamba dapatkan”

“Kalau begitu saya ingin kecantikan yang saya miliki abadi dan tak pernah menjadi tua, bila kamu mampu memenuhinya saya berjanji akan menjadi istrimu”

Pemburu itu hanya mampu diam, mengingat apa yang diminta Zahrah tak akan pernah mungkin bisa diwujudkan. Dengan kepala tertunduk pemburu itu keluar meninggalkan mimpinya.

Laki-laki berikutnya masuk dengan gagah, jubahnya yang panjang terurai di lantai dan mahkotanya yang berkilauan berpadu dengan wajahnya yang berwibawa dan penuh percaya diri, meski tetap saja ia bertekuk lutut di hadapan Zahrah.
“Wahai wanita yang senyumannya mampu membuat gunung-gunung meletus, katakanlah apa yang engkau inginkan? Aku adalah Raja agung yang memiliki segalanya dan akan menjadi sempurna ketika aku memilikimu”
“Baiklah Raja yang agung, aku ingin kecantikanku ini abadi dan tak pernah menjadi tua!” seru Zahrah

Seperti laki-laki pemburu tadi, raja itu hanya bisa diam. Setelah cukup lama berpikir dia mulai berbicara lagi. “Bagaimana kalau aku memberimu istana yang dindingnya terbuat dari emas dan memberi puluhan selir yang akan selalu memanjakanmu”

Zahrah menggeleng dan tak tampak sedikitpun ketertarikan atas apa yang ditawarkan. Raja itupun keluar. Lalu masuk laki-laki berikutnya dan berikutnya lagi, sampai akhrinya tak ada satu orangpun yang mampu mewujudkan keinginan Zahrah. Ketika tak ada lagi laki-laki yang masuk dan Zahrah pun mulai putus asa, tiba-tiba saja datang seorang laki-laki sambil memegang tongkat. Dia berdiri dan tidak bertekuk lutut seperti laki-laki lainnya.
“Siapa kamu?!” seru Zahrah, nadanya terdengar kesal.
“Aku hanya penggembala kambing biasa” ucap laki-laki itu, ramah.
“Apa kamu tahu sudah berapa puluh laki-laki yang datang kesini, dan semuanya tak ada yang mampu mewujudkan keinginanku!”
“Memangnya apa yang kau inginkan?” tanya laki-laki itu.
“Aku ingin kecantikanku ini abadi dan tak pernah menjadi tua”

Laki-laki penggembala itu terdiam sebentar lalu mulai menjawab. “Aku bisa membuat kecantikanmu abadi, tapi aku tak bisa membuatmu tidak bertambah tua.”
“Benarkah! Kau bisa membuatku tetap cantik meski aku bertambah tua” tukas Zahrah, senyuman mulai mengembang diwajahnya.

Laki-laki itu menganguk lalu mulai berkata lagi. “Tapi ada syaratnya”
“Apa syaratnya?”
“Kau harus menikahiku dan tinggal bersama di tempatku, lalu… selama hidup denganku kau tidak boleh melihat cermin dan menemui orang lain kecuali atas ijinku” perintah laki-laki itu.
“Andaikan aku melanggar itu, apa yang akan terjadi?” tanya Zahrah, hati-hati.
“Maka saat itu pula kecantikanmu akan kembali memudar dan tak akan pernah bisa abadi lagi” jawab laki-laki itu, yakin.

Zahrah berpikir panjang dan karena saking takutnya ia kehilangan kecantikannya. Zahrah pun menyetujui syarat laki-laki penggembala itu, lalu merekapun menikah dan Zahrah pindah ke tempat laki-laki itu. Sebuah gubuk kecil yang letaknya jauh dari rumah penduduk lainnya. Berada di bukit dan dikelilingi padang rumput hijau yang indah. Tahun demi tahun berganti dan hampir setiap hari suaminya yang baik hati selalu memujinya penuh kasih sayang. Sikap laki-laki itu tak pernah berubah sampai sepasang suami istri ini menjadi tua.

Akhirnya Zahrah hidup bahagia dan tetap merasa cantik karena perilaku suaminya yang mencintai Zahrah dengan hati yang tulus.
Kecantikan yang sejati adalah kecantikan yang dilihat oleh hati