A Long Nosed Princess

Dongeng Negara : Korea
Pada zaman dahulu, di alam seberang bintang-bintang, hiduplah seorang wanita tua dan ketiga putranya. Mereka tidak kaya juga tidak miskin, mereka hidup berkecukupan. Wanita tua itu tahu bahwa hidupnya di bumi tinggal sebentar, kemudian ia memanggil ketiga anaknya.
“Sebentar lagi aku akan meninggalkan dunia ini, namun sebelumnya aku akan memberikan warisan keluarga kepada kalian”
Ketiga putranya melihat sang ibu mengeluarkan sebuah buntalan dari sutra. Didalamnya terbungkus batu bening, seruling bambu, dan baju yang telah compang camping. Anak yang tertua berteriak,
“Inikah yang namanya warisan keluarga? Ini tidak ada nilainya, hanya benda biasa!”
Anak kedua berkata, “Ibu, ini tak berharga tapi sampah”
Namun anak ketiga tetap diam, ia sangat ingin mendengarkan ucapan ibunya.
“Sssh, anak-anak. Benda ini memang terlihat hanya seperti benda biasa, bahkan sampah. Tetapi ada nilai berharga yang tak kasat oleh mata”

Ibu menggelindingkan batu bening itu ke lantai, dan muncul koin emas mengikuti di belakang batu itu. Ibu kemudian memainkan seruling bambu, dan muncul barisan tentara yang siap melaksanakan perintah. Kemudian ia mengenakan pakaian bekas itu dan menghilang. Pakaian itu membuatnya tidak terlihat. Ketiga anaknya takjub dan mereka mendengar suaranya di udara
“Warisan ini berharga dan kalian tidak boleh mengatakan kegunaannya pada siapapun sebab akan membuat banyak orang di dunia ini iri. Kecemburuan adalah bibit dari ketamakan dan ketamakan akan merampasmu dari warisanmu.

Wanita tua itu memberikan batu kepada anak tertuanya, seruling pada anak keduanya, dan pakaian bekas kepada anak bungsunya. Tak lama kemudian wanita itu menutup mata untuk terakhir kalinya. Ketiganya berduka namun ibunya telah memberikan hadiah terakhirnya.

Tidak butuh waktu lama, anak pertamanya menyombongkan hadiahnya. Berita itupun terdengar hingga ke telinga putri yang sombong. Ia meminta kepada pemuda itu untuk menunjukkan batu ajaibnya. Di istana ia menunjukkan kepada putri benda berharga tersebut. Sebarisan koin emas mengikuti batu itu setiap kali ia menggelindingkannya. Dan ketika batu itu menggelinding untuk ketujuh kalinya, putri melompat dan menangkapnya. Putri menjebloskan pemuda itu ke ruang tahanan.

Sama seperti kakaknya, anak kedua mulai menyombongkan hadiah terbesarnya. Berita itu juga terdengar oleh putri yang sombong dan ia melakukan hal yang sama. Anak kedua ini juga menunjukkan seruling ajaibnya. Ia berkata,
“Saat aku meletakkan seruling ini di bibirku, sebaris pasukan akan muncul dan mengikuti perintahku”
“Oooh!” pekik sang putri
“Sangat mengagumkan! Bagaimana jika aku mencobanya?” sambung putri lagi
Tanpa berpikir panjang, anak kedua memberikan seruling ajaib itu. Dan ketika putri meniup seruling, pasukan itu muncul. Putri langsung memberi perintah
“Bawa orang bodoh ini ke penjara!” Putri berteriak dan pasukan membawa pemuda itu ke ruang tahanan
Hari demi hari berlalu, dan anak bungsu mulai merasa keheranan dengan apa yang terjadi pada kedua kakaknya. Ia memutuskan pergi ke istana dan mencari tahu. Ia mengenakan pakaian ajaib dan tanpa terlihat ia masuk ke istana. Ia melihat putri memainkan batu dan menghitung koin emas. Di sampingnya terletak sebuah seruling.

Dengan hati-hati ia mengetuk meja dan mencolek kaki putri.
Putri berteriak, “Pengawal, pengawal! Ada penyusup di kamarku!”
Ketika pengawal mencari, pemuda itu keluar menuju taman istana. Di sana ia melihat pohon apel yang merah dan buah-buahan berwarna kuning. Karena lapar, ia melompat dan mengambil sebuah apel merah. Ia mulai memakan apel dan hal aneh mulai terjadi. Hidungnya tumbuh dan tumbuh hingga sepanjang lengan.

Karena panik, ia mengambil apel kuning dan memakannya sedikit. Makin lama hidungnya menyusut kembali saat ia memakannya sedikit demi sedikit. Menyadari hal ini, ia mulai menyusun rencana untuk menolong kakak-kakaknya melarikan diri.

Begitu mengetahui putri ini sangat tamak, ia muncul di istana dengan sekeranjang apel merah.
“Apel! Apel! Apel merah segar! Siapa yang ingin beli apel merah segar?”
Putri melihat ke jendela dan berkata
“Aku ingin apel! Pengawal, rampas apel-apel itu!”
Para pengawal membawakan apel itu kepada sang putri dan dengan tamaknya ia memakannya dua sekaligus. Hal mengerikan pun terjadi, hidung sang putri tumbuh panjang hingga sepanjang pegangan sapu. Si anak bungsu kemudian memakai baju ajaib dan masuk ke istana. Ia menemukan batu dan seruling ajaib lalu mengambilnya. Kemudian ia mencari ruang tahanan dan menemukan kedua kakaknya. Dia membuka sel dengan kunci setelah mencurinya dari pengawal yang tertidur. Pengawal akhirnya menyadari apa yang terjadi. Mereka mengejar ketiga bersaudara tersebut. Saat mencapai gerbang istana, anak bungsu meniupkan seruling dan pasukan muncul. Pasukan itu melindungi dan membantu ketiga bersaudara itu melarikan diri.
Sejak saat itulah ketiganya berbagi warisan keluarganya dan tidak pernah mengatakannya kepada siapapun.