Hadiah Sang Raja

Konon, pada zaman dahulu, ada seorang raja yang sangat bijaksana. Raja Adil namanya. Pada setiap hari ulang tahunnya, ia mengundang salah seorang rakyatnya untuk makan di istana.

Tahun lalu, ia mengundang Bu Surti. Bu Surti adalah seorang tukang cuci. Ia dianggap layak untuk diundang dan diberi hadiah karena telah membesarkan anak-anaknya dengan baik. Pada tahun ini , Raja mengundang Pak Kasih.

Pak Kasih adalah seorang petani yang rajin. Meskipun tidak kaya, Pak Kasih memiliki sifat dermawan. Setiap malam, ia mendatangi orang-orang miskin di desanya untuk memberi sedikit beras dan lauk-pauk. Bahkan, suatu hari, ketika desa mereka dilanda kekeringan, ia membagikan seluruh isi lumbungnya kepada orang-orang yang kelaparan di desanya. Karena kebaikannya itu, Raja memilihnya.

Pada hari ulang tahun Raja, Pak Kasih berangkat pagi-pagi sekali dengan pedati tuanya. Setelah melakukan perjalanan yang melelahkan, Pak Kasih tiba di istana. Di depan pintu istana, Pak Kasih dihadang oleh seorang penjaga. Penjaga tersebut sangat angkuh. Ia menghardik Pak Kasih dengan kasar. Setelah mengetahui tujuan Pak Kasih, sikap penjaga itu berubah menjadi ramah. Sambil tersenyum licik, penjaga itu berkata, “Aku akan mengizinkanmu masuk, tetapi kau harus membagiku separuh dari hadiahmu yang diberikan raja.”
“Baiklah,” sahut Pak Kasih sambil tersenyum. Pak Kasih pun akhirnya dapat masuk ke dalam istana.

Di dalam istana, Pak Kasih disambut dengan ramah oleh Raja Adil. Mereka makan bersama di ruang makan istana. Setelah makan, Raja Adil menanyakan hadiah apa yang diinginkan Pak Kasih. Tanpa diduga, Pak Kasih menjawab, “Jika boleh, saya minta hadiah dicambuk lima puluh kali,” Raja tentu sangat terkejut.
Setelah Pak Kasih menceritakan tentang penjaga istana itu, Raja menjadi mengerti. Raja kemudian menyuruh mencambuk penjaga itu lima puluh kali. Itu adalah hadiah yang tepat untuk penjaga yang tamak.