Terkenal Karena Kopiah

Dongeng Negara : Maroko
Fez sebenarnya adalah sebuah kota yang asri. Namun letaknya di tengah gurun pasir. Tempat itu terpencil, sehingga jarang dikenal orang. Saat kota itu baru berdiri, kota itu diperintah oleh seorang raja bernama Moulay. Raja itu sangat mencintai kota dan rakyatnya. Ia ingin kotanya kelak terkenal ke seluruh dunia.

Fez adalah kota yang memikat, ”katanya suatu hari kepada Permaisuri. “Pemandangannya bagus. Mesjid-mesjidnya bermenara tinggi. Istananya pun elok. Meskipun letaknya di tengah padang gersang, tapi dialiri wadi (mata air di tengah gurun). Kita tidak kekurangan air. Namun begitu masih ada yang membuat hatiku kurang puas.”

“Apakah itu, Kanda?” tanya istrinya.

“Sebab Fez jauh dari tempat lain. Jalan menuju kemari amat sulit. Oleh karena itu Fez kurang dikenal orang. Aku khawatir kelak Fez dilupakan orang. Kota ini akan menjadi kota mati.”

Kemudian suatu hari timbul gagasan dalam benaknya. “Mengapa aku tak minta pendapat rakyat? Barangkali di antara mereka ada yang mempunyai gagasan hebat.”

Maka Raja Moulay mengadakan sebuah sayembara. Siapa yang bisa menciptakan gagasan agar nama kota itu dikenang orang, akan mendapat hadiah. Berupa empat kantung uang emas.

Maka semua orang di Fez berpikir keras untuk memperoleh hadiah menggiurkan itu?

Dalam waktu sebentar Raja sudah mendengar beberapa gagasan. Gagasan yang bagus disimpan untuk nanti dipilih mana yang paling bagus.

Suatu hari, muncul seorang lelaki menghadap Raja. Ia mengutarakan usulnya, “Raja Muluk, Raja negara tetangga, memiliki 400 istri. Ini membuat namanya tenar hingga nama negerinya dikenang orang. Hamba memberi usul, agar Paduka menikahi 500 wanita. Maka Paduka akan lebih terkenal dibanding Raja Muluk. Kota Fez pun akan menjadi termansyur pula.”

Untung Raja tidak menyetujui usul itu. Keadaan berlanjut. Setiap hari muncul gagasan baru. Tetapi tak satu pun berkenan di hati Raja.

Kemudian suatu hari, muncul seorang bocah ke istana. Abou namanya. Ia bertubuh kurus, tak terawat, dan berpakaian lusuh. Raja Moulay berkenan menerimanya. Barangkali, dari mulut bocah gelandangan ini bisa keluar gagasan yang didambakannya.

Bertanyalah Raja Moulay, “Cepat katakan gagasan apa yang hendak kau lontarkan.”

Abou mengeluarkan sesuatu dari saku jubahnya. Benda itu berupa semacam kopiah. Bentuknya bulat, berpuncak datar, terbuat dari laken. Warnanya merah cerah. Dibagian atas ada sebuah rumbai.

“Hm,sebuah topi berbentuk aneh. Apakah kau hendak mengolok-olokku, bocah ingusan?”tanya Raja geram.

“Sama sekal itidak, Yang Mulia,” jawab bocah itu sungguh-sungguh.

“Dengan topi atau kopiah semacam ini, nama Fez akan terkenal.”

“Apa maksudmu?” tanya Raja lebih lanjut. Ia tiba-tiba tertarik dengan gagasan itu.

“Cobalah ganti turban Paduka dengan kopiah ini,” kata Abou membeberkan gagasannya. “Maka semua orang di Fez akan mengenakan kopiah serupa. Mereka akan ikut-ikutan mengenakan apa yang dikenakan Raja mereka.”

“Tapi apa kaitannya sehingga hal itu akan membuat nama Fez terkenal?” tanya Raja lebih lanjut.

“Begini, Yang Mulia. Para pengelana yang datang ke Fez akan melihat warga kita mengenakan kopiah merah yang aneh ini. Setiap benda aneh tentu menarik perhatian. Mereka ingin pula mengenakannya. Mereka membelinya di sini. Kemudian mereka mengenakannya dalam pengembaraan selanjutnya. Nah, orang-orang di negeri lain ingin pula memiliki kopiah aneh itu. Apalagi setelah mereka rasakan betapa enak kopiah ini dipakai. Ringan, bisa menahan sengatan terik sinar matahari. Selain itu juga memiliki rumbai untuk mengusir lalat.”

Raja Moulay membuka turbannya. Ia lalu menggantinya dengan kopiah itu. Benar kata Abou. Kopiah itu ringan dipakai dan tidak panas. Raja lalu mengamati dirinya didepan cermin. “Rasanya aku kelihatan lebih tampan,” katanya dalam batin. Kemudian kepada bocah itu ia bertanya,

“Bagaimana mungkin orang yang mengenakan kopiah ini selalu mengenang kota ini?”

Jawab Abou, “Saya menamakan kopiah ini fez .”

“Tapi bagaimana jika ada orang meniru kopiah macam ini, lalu memberinya nama lain?”tanya Raja lagi.

Sahut Abou, “Kayu merah cerah yang saya ambil kulitnya untuk membuat kopiah ini hanya tumbuh di Fez. Tidak tumbuh di tempat lain. Jadi hanya penduduk Fez saja yang bisa membuat fez asli.”

Raja Moulay bangkit dari tempat duduknya. “Benar, Abou. Aku akan mengenakan fez saat ini juga. Jika ada orang ingin memakainya, biarlah ia memesan kepadamu. Kau kelak akan memperoleh uang besar dari pesanan mereka. Dan sesuai janjiku, hadiah empat kantung uang emas, kuberikan padamu.”

Berabad-abad telah berlalu. Nama kota Fez tidak pernah dilupakan orang. Meskipun kopiah yang sampai sekarang disebut fez itu berbentuk aneh, tetapi orang tidak malu memakainya. Mereka bahkan amat bangga.