Boneka Buatan Sekar

”Gggrr…!!!!! Bosannya minta ampyuuunn…!!!!!!” Sekar menendang-nendang angin. Ia sedang berbaring di kasurnya.
”Mama juga, ke Jakarta ikut seminar. Papa, belum pulang kerja. Bi Asih, pulang kampung, anaknya sakit. Kak Fendi, baru pulang nanti malem dari kampus. Bosen-bosen-bosen…..!!!!!!!!!” Sekar memukul-mukul bantalnya.

Sekar keluar dari kamarnya dan menggerutu di ruang tengah. KRUYUK! Perut Sekar tiba-tiba berbunyi. ”Masak mi, ah.” Sekar ke dapur dan memasak mi instan sendirian. Ia menambahkan sedikit sambal di mangkuknya. Dan, walla! Mi buatan Sekar untuk sekar sudah siap! Sekar membawa mangkuk mi-nya ke ruang makan.

”Selamat makan, Sekar.” Sekar mengambil garpu dan memakan mi dengan nikmat. Hawa yang dingin, ditembus oleh kuah mi yang hangat. Sekar dengan lahap memakan mi-nya. Saat mi sudah habis, Sarti mencuci piringnya.
”Home alone….” gumam Sekar saat mencuci piring. Selesai mencuci piring, Sarti masuk ke kamarnya.

Tiba-tiba mata Sekar teralih ke benang wol yang bertumpuk-tumpuk di kamar Kak Fendi. Sekar mendekati benang wol yang sebukit semut itu. Sisa benang wol sebanyak ini, berarti benang wol yang asli masih banyak! Pikir Sekar. Sekar mematikan teve dan menelepon Kak Fendi.

”Halo, ada apa Sekar? Kakak sedang kuliah.””Kak, sisa benang wol yang ada di kamar kakak, boleh Sekar ambil?”
”Ambil saja, Kakak juga bingung mau diapakan sisa benang wolnya. Pendek-pendek sih! Nggak bisa dipakai deh.””Boleh, kak? Terima kasih. Assalamualaikum.”
”Wa’alaikum sallam.”

Klik! Sekar menutup telepon. Sekar mengambil semua sisa-sisa benang wol itu dan membawanya ke kamar.

Di kamar, Sekar mengunci pintu dari dalam. Ia memandang wol yang kini bertumpuk di samping meja belajarnya. Sekar kebingungan. Sekar berputar-putar menglilingi tumpukan benang wol. Tiba-tiba Sekar punya ide. Sekar membuka kunci pintu kamar, dan berlari ke kamar Mama. Ia mengobrak-abrik sebuah kotak yang dipenuhi kain perca. ”Ah, tak ada gunanya memilih. Banyak sekali kainnya. Sebaiknya langsung kubawa!”Sekar mengangkat kotak itu dan diletakkan di kamarnya.

Sekar sudah menyiapkan mata boneka, spidol, gunting, lem UHU, dan alat menjahit. Sekarang, Sekar sedang duduk sambil meminum air dingin. Lalu, Sekar mengambil satu kain perca yang lebar, dan segenggam benang wol sisa. Kainnya dibentuk mangkok di tangan kanan. Benang wolpun dimasukkan ke mangkuk kain perca. Setelah itu, sisa mengkuk kain yang masih panjang, digunakan untuk membungkus. Pelan-pelan, Sekar menjahit bungkusan itu. Lalu, Sekar menempelkan mata boneka dan seutas benang wol yang dibentuk menjadi bibir tersenyum dengan lem UHU. Sarti mengambil spidol dan menggambar baju di boneka wol bungkus. Setelah itu, Sekar menggunting beberapa kain perca dan ditempelkan di boneka wol bungkus yang sudah ada pola bajunya. Tinggal di tempel.

”Nah, Boneka Wol Bungkus buatan Sekar sudah selesai…!!!!” Sekar membuat lebih banyak boneka Wol Bungkus. Sampai-sampai, sisa wol habis. Seperempat kain perca ibu digunting-gunting untuk baju Boneka Wol Bungkus.

Puas dengan Boneka Wol Bungkus buatannya, Sekar meletakkan dua puluh satu Boneka Wol Bungkus di ruang tamu. Bersamaan dengan itu, Papa pulang dan melihat ke arah Boneka Wol Bungkus.

”Wow, sayang. Itu boneka yang bagus sekali! Harganya memangnya murah, sampai kau beli dua puluh satu sebegini banyaknya?” Papa menepuk pundak Sekar.
”Papa, ini semuanya buatan Sekar! Namanya Benoka Wol Bungkus. Sisa benang wol di kamar Kak Fendi dibungkus dengan kain perca Mama, lalu dijahit. Dan ditempeli mata boneka serta bibir tersenyum dari seutas wol. Satu lagi, bajunya juga dari kain perca milik Mama.”

GREK! Saat penjelasan Sekar selesai, pintu terbuka. Kak Fendi!
”Apa yang kau lakukan pada sisaan benang wol milik Kak Fendi, Sekar?” tanyanya.
”Membuat Boneka Wol Bungkus! Ini, bagus kan? Aku buat banyak sekali! Yang ini keluarga kita. Ini aku, ini Kak Fendi, ini Mama, yang ini Papa. Yang disampingku ini, Bi Asih. Papa ambil Boneka Wol Bungkus Papa dan Mama. Taruh di kamar saja! Kak Fendi juga. Aku akan meletakkan Boneka wol Bungkus Bi Asih di kamarnya!” Sekar mengambil Boneka Wol Bungkus miliknya dan Bi Asih. Boneka Bi Asih diletakkan di meja kecil yang sering untuk tempat mukena dan Al-qur’an. Milik Sekar diletakkan di meja belajar.

Sekar dan Kak Fendi diajak makan malam diluar bersama Papa. Katanya untuk merayakan dua puluh satu Boneka Wol Bungkus buatan Sekar. Saat dibilangin seperti itu, wajah Sekar bersemu merah dan dia hanya meringis kesenangan.