Dua Kodok Bertetangga

Dua ekor kodok hidup bertetangga. Mereka tinggal tidak berjauhan, tapi tidak juga berdekatan. Kodok yang satu tinggal di sebuah kolam yang asri. Kolam itu berada di tepi hutan, tidak jauh dari jalan raya tapi tersembunyi dari pandangan. Kodok yang satu lagi tinggal di kubangan yang keruh. Kubangan itu berada di tepi jalan raya, tidak jauh dari hutan dan sangat terbuka terlihat dari mana-mana.
Kodok yang satu khawatir dengan keselamatan temannya. Ia berusaha membujuknya untuk tinggal bersamanya, berbagi kolam yang asri dengan dirinya.

”Kenapa kau tidak tinggal bersama diriku? Aku bersedia membagi tempat tinggalku untukmu.”
”Kenapa?” jawab kodok yang satunya. ”Kenapa aku harus pindah dari tempatku ini? Aku merasa nyaman tinggal di sini.”
”Tempatmu tinggal sangat berbahaya!” kata kodok yang tinggal di kolam.
”Ah! Sudah seumur hidupku aku tinggal di sini. Aku suka pemandangannya. Aku suka melihat kesibukan jalan raya. Aku suka melihat orang-orang hilir mudik. Aku suka melihat pedati-pedati pulang dan pergi. Kuda, keledai, kerbau, kambing bergiliran lewat. Aku suka keramaian,” jawab kodok temannya.
”Justru itulah kenapa berbahaya! Dengarkan aku, dan tinggal di tempatku yang lebih aman.”
”Ah!” tukas kodok yang tinggal di kubangan, ”aku senang di sini, dan aku bisa menjaga diriku sendiri!”
Waktu berlalu, dan mereka masih bertetangga baik. Tapi pada suatu hari, dua pedati besar lewat berpapasan. Dua ekor lembu besar menarik pedati itu. Jalan itu tidak cukup besar untuk dua pedati lewat bersamaan.
”Awas hati-hati!” seru Pak Sais pengendali pedati. Ia memandu pedatinya dengan cekatan, sebelah roda pedati melaju di pinggir jalan. Malang tak dapat ditolak, rodanya menggilas kubangan tempat tinggal si kodok.
”Tolong aku!” seru si kodok menjerit. Kodok temannya yang tinggal di kolam melompat tergesa-gesa berusaha menolongnya, tapi semua sudah terlambat. Roda pedati yang lebar dan besar menggilas kubangan. Air kubangan dan seluruh isinya berhamburan habis tak bersisa. Kubangan air itu sekarang hanya menjadi lubang dangkal berlumpur. Kodok mencari temannya tapi tak dapat menemukannya dimanapun.
Dengan sedih ia berkata, ”Oh kawanku yang malang! Jika saja kamu mau mendengarkan aku!”

Pesan dari cerita ini : orang yang keras kepala, yang sama sekali tidak mau mendengarkan nasihat orang lain, seringkali celaka karena ulahnya sendiri.