Si Kulit Keledai

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang raja yang amat disegani dan dicintai oleh rakyatnya. Bisa dikatakan, Ia adalah seorang raja yang sangat bahagia. Kebahagiaan sang raja pun semakin bertambah dengan kehadiran permaisurinya yang cantik dan baik hati, serta seorang putri yang rupawan.

Kerajaan yang dipimpinnya hidup dalam keadaan aman dan makmur. Seluruh isi kerajaan dipenuhi dengan perhiasan-perhiasan mewah. Akan tetapi, yang paling membuat orang terkagum-kagum adalah seekor keledai bertelinga besar yang diletakkan di kandang istimewa. Bukanlah hal yang berlebihan apabila sang raja memberikan perlakukan khusus kepada keledai tersebut, sebab keledai itu bukanlah sembarang keledai. Setiap pagi, kotoran yang dikeluarkan oleh keledai ini bukanlah kotoran biasa, melainkan pecahan koin-koin emas yang berkilauan.

Akan tetapi, kebahagiaan yang dimiliki oleh sang raja ternyata tidak bertahan lama. Permaisuri yang amat dicintainya jatuh sakit. Meskipun sang raja telah memanggil dokter-dokter dan seluruh tabib yang ada di kerajaan, tetapi tidak ada satupun diantara mereka yang dapat menyembuhkan sang ratu. Pada saat ratu merasa bahwa waktu yang dimilikinya hampir habis, Ia memanggil raja dan berkata: “Berjanjilah padaku bahwa, apabila aku meninggal dunia, engkau akan menemukan seorang wanita yang lebih bijaksana dan lebih cantik dariku, dan kau akan menikahinya sehingga kerajaan ini akan memiliki seorang penerus.”

Sang Ratu percaya bahwa suaminya tidak akan dapat menemukan wanita seperti yang Ia katakan, dan dengan demikian tidak akan pernah menikah lagi. Mendengar perkataan istrinya tersebut, raja menerima permintaan dari permaisuri yang dikasihinya itu dan sang ratu kemudian meninggal di dalam dekapan sang raja.

Semenjak kematian ratu, sang raja larut di dalam kesedihannya yang teramat dalam. Beberapa waktu sejak meninggalnya sang ratu, para petinggi kerajaan mulai mendesak raja untuk mencari permaisuri baru. Akan tetapi, hal tersebut bukanlah hal yang mudah, sebab sang raja harus menepati janjinya kepada mendiang istrinya, yakni menikahi seorang putri yang lebih cantik dan lebih bijaksana.

Meskipun para menterinya membawakan putri-putri cantik ke hadapannya, akan tetapi tidak ada satu pun dari antara mereka yang lebih cantik dan lebih bijaksana dari mendiang istrinya. Akhirnya, sang raja menyadari bahwa putrinya sendiri bukan hanya lebih cantik, melainkan juga jauh lebih bijaksana daripada mendiang istrinya.

Hanya dengan menikahi putrinya itulah Ia dapat menepati janjinya kepada mendiang istrinya. Oleh sebab itu, sang raja kemudian memutuskan untuk menikahi putrinya. Mendengar hal tersebut, betapa terkejut dan sedihnya sang putri. Ia berusaha untuk menyadarkan ayahnya bahwa apa yang Ia lakukan adalah hal yang salah, akan tetapi apa pun yang Ia katakan tidak dapat mengubah pendirian sang ayah. Di tengah keputusasaannya, sang putri kemudian memutuskan untuk pergi menemui peri pelindungnya.

“Aku tahu mengapa kau datang kemari,” ujar peri pelindungnya. “Kau sedang dilanda oleh kesedihan yang teramat besar di dalam hatimu. Akan tetapi, janganlah kau khawatir, karena aku ada di sini untuk membantumu dan tidak ada sesuatu yang dapat menyakitimu apabila kau mengikuti arahanku. Kau tidak boleh melawan keinginan ayahmu, akan tetapi pertama-tama, katakan kepadanya bahwa kau harus memiliki sebuah gaun yang berwarna langit. Tentunya, ayahmu tidak akan dapat memenuhi permintaan tersebut.”

Setelah mendengar petunjuk dari peri pelindungya, sang putri kemudian pergi menemui ayahnya dan menyampaikan permintaannya. Mendengar permintaan dari putrinya tersebut, sang raja kemudian mengumpulkan semua penjahit terbaik di negerinya dan memerintahkan mereka untuk membuat gaun sesuai permintaan putrinya. Apabila mereka tidak dapat menyelesaikan gaun tersebut maka mereka akan dihukum gantung.

Keesokan harinya, gaun tersebut dipersembahkan kepada sang putri. Gaun tersebut adalah gaun terindah berwarna biru langit. Dipenuhi oleh rasa kebahagiaan dan ketakutan, sang putri tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Akan tetapi peri pelindungnya berkata kepadanya, “ Mintalah sebuah gaun berwarna bulan. Tentunya, ayahmu tidak akan dapat memberikannya.”

Tidak lama setelah sang putri meminta gaun berwarna bulan kepada ayahnya, raja kemudian memanggil seluruh penjahit terbaik di kerajaan dan meminta mereka untuk membuat gaun tersebut. Pada hari keempat, gaun berwarna bulan tersebut dipersembahkan ke hadapan sang putri.

Akan tetapi, peri pelindung tersebut kembali datang dan berkata kepadanya untuk meminta sang raja memberikan sebuah gaun yang berwarna matahari. Untuk memenuhi permintaan putrinya tersebut, sang raja memerintahkan para penjahit tersebut untuk membuat gaun tersebut dan menghiasinya dengan berbagai permata. Dalam waktu satu minggu, gaun matahari untuk sang putri telah selesai dikerjakan. Gaun itu begitu indah dan berkilau, sehingga semua orang harus menutupi mata mereka ketika melihat gaun tersebut.

Sekali lagi, sang putri tidak tahu apa yang harus Ia lakukan. Akan tetapi, peri pelindung berbisik kepadanya: “Mintalah kepada ayahmu kulit keledai kesayangannya. Tentunya, raja tidak akan dapat mengabulkan permintaanmu tersebut.” Akan tetapi, sang putri tidak mengetahui betapa besarnya keinginan raja untuk menyenangkan hati anaknya tersebut. Tidak berapa lama kemudian, kulit keledai tersebut dipersembahkan ke hadapan sang putri.

Sang putri begitu ketakutan dan sekali lagi peri pelingdung datang kepadanya. “Berpura-puralah,” kata peri tersebut, “bahwa kau telah menerima keputusan raja. Berjanjilah untuk menepati semua yang Ia inginkan, akan tetapi pada saat yang sama, bersiaplah untuk melarikan diri jauh dari negara ini.”

Jangan khawatir, di dalam kotak ini aku telah menaruh pakaian, perhiasan, serta segala kebutuhan lainnya untukmu. Aku akan memberimu tongkat ajaib ini. Setiap kali kau memiliki tongkat ini di tanganmu, kotak ini akan mengikutimu kemana pun kau pergi, tersembunyi di bawah tanah. Kapan pun kau ingin membuka kotak tersebut, hentakanlah tongkat ajaib ini ke tanah, dan mereka akan muncul.

Keesokan harinya, pagi-pagi benar sang putri telah meninggalkan istana. Seluruh kerajaan telah diperintahkan untuk mencari sang putri, akan tetapi mereka tidak dapat menemukannya.

Sementara itu, sang putri terus meneruskan perjalanannya. Setiap kali Ia berusaha untuk meminta tempat tinggal maupun pekerjaan, orang-orang akan bergidik melihatnya. Penampilannya yang jelek membuat tidak ada seorang pun yang mau membantunya.

Akhirnya, sampailah sang putri ke sebuah peternakan yang jauh dari kerajaan dimana mereka membutuhkan seseorang untuk membantu mencuci serbet makan dan memberi makan babi-babi. Disamping itu, mereka juga membuatnya untuk bekerja di ujung dapur dimana para pelayan lainnya seringkali menertawakan dan membuat lelucuan tentang dirinya.

Pada hari Minggu ketika Ia memiliki waktu senggang, Ia akan pergi ke kamarnya. Disana, Ia akan menutup pintu serta jendela ruangan tersebut, dan kemudian membersihkan badannya. Setelah itu, Ia akan membuka kotak tersebut dan mulai memakai baju-baju indah serta perhiasan miliknya. Setiap kali melihat dirinya di kaca, sang putri akan merasa sangat senang. Oleh sebab itu, setiap hari Minggu Ia akan mengenakan baju-baju tersebut untuk menghibur dirinya.

Peternakan tempat Ia bekerja merupakan milik dari seorang raja yang kaya raya. Pada suatu hari ketika pangeran dari kerajaan tersebut sedang berada di peternakan sehabis berburu, sampailah Ia di tempat tinggal sang putri. Dipenuhi oleh rasa keingintahuan, sang pangeran berusaha mengintip isi dari ruangan tersebut dari balik lubang kunci. Hari itu adalah hari dimana sang putri mengenakan gaun warna matahari miliknya. Melihat seorang gadis cantik yang ada di dalam ruangan tersebut, sang pangeran menahan nafas tatkala terpesona pada kecantikan sang putri. Beberapa kali Ia berpikir untuk masuk ke dalam ruangan itu, tapi diurungkan niatnya.

Sekembalinya Ia ke istana, sang pangeran tidak dapat berhenti memikirkan tentang gadis cantik yang dilihatnya. Ia menolak untuk menghadiri semua undangan pesta kerajaan, menolak untuk makan, dan terus larut di dalam kerinduannya akan gadis tersebut. Ia bertanya kepada orang-orang siapakah wanita cantik yang tinggal di kamar tersebut tetapi semua orang mengatakan bahwa yang tinggal di situ adalah si Kulit Keledai, seorang yang buruk rupa. Akan tetapi sang pangeran tidak percaya akan hal itu, Ia menolak untuk melupakan apa yang Ia lihat di ruangan tersebut.

Melihat kondisi putra mereka, raja dan ratu sangatlah cemas. Ibunya, sang ratu, memohon agar Ia memberitahukan apa yang mengganggu pikirannya. Akan tetapi, Ia tidak mengatakan apa pun. Pada akhirnya, Ia berkata bahwa Ia menginginkan agar si Kulit Keledai membuatkan sebuah kue untuk dirinya.

“Demi Tuhan,” ujar para pelayan, “Si Kulit Keledai hanyalah seorang pelayan miskin dan buruk rupa.”
“Tidak masalah,” ujar Ratu. “Kita harus memenuhi permintaannya. Ini merupakan satu-satunya cara untuk menyelamatkannya.”

Mendengar tentang hal tersebut, si Kulit Keledai sangat senang. Sebelum mulai membuat kue tersebut, Ia membersihkan dirinya, dan memakai baju serta perhiasan miliknya. Ia mengambil tepung terbaik, garam, butter, dan beberapa butir telur, dan mulai membuat adonan kue. Pada saat Ia sedang mengerjakan adonan kue tersebut, entah disengaja atau tidak, cincin yang dipakainya terjatuh ke dalam adonan tersebut.

Ketika sang pangeran menerima kue tersebut, betapa senang hatinya. Dengan segera, Ia memakan kue yang dibuat oleh si Kulit Keledai. Pada saat Ia tengah memakan kue tersebut, hampir saja Ia menelan cincin si Kulit Keledai yang tercampur di dalamnya. Ketika Ia melihat cincin emas dengan batu emerald di tengahnya itu, hatinya dipenuhi dengan perasaan bahagia yang meluap-luap. Seringkali Ia akan menaruh cincin tersebut di bawah bantalnya. Akan tetapi, Ia kembali jatuh sakit hingga dipanggilah dokter untuk mengobatinya. Setelah memeriksa keadaan pangeran, mereka menyimpulkan bahwa sang pangeran sakit disebabkan oleh perasaan cinta yang mendalam.

Pernikahan dirasa sebagai alternatif terbaik untuk menyembuhkan sang pangeran. Oleh karena itu, mereka memutuskan bahwa sang pangeran harus segera menikah.

“Saya akan menikah,” ujar sang pangeran, “akan tetapi hanya dengan orang yang jarinya sesuai dengan cincin ini.” Permintaan pangeran ini mengejutkan raja dan ratu. Akan tetapi, karena kondisi pangeran yang buruk, mereka pun memutuskan untuk menyetujui permintaan pangeran.

Setelah itu, dimulailah pencarian di seluruh kerajaan untuk menemukan gadis yang tangannya sesuai dengan cincin itu.

Pencarian itu dimulai dengan para putri, para bangsawan, serta putri dari para pengusaha kaya. Akan tetapi jari mereka semua terlalu besar untuk cincin tersebut. Setelah itu, datanglah para dayang, tukang masak, dan tukang bersih-bersih. Akan tetapi, cincin tersebut tidak ada yang muat di jari mereka.

Pada saat semua gadis di kerajaan telah mencoba cincin tersebut, satu-satunya yang tersisa adalah si Kulit Keledai. Siapakan yang pernah bermimpi bahwa Ia mungkin menjadi seorang ratu?

“Dan kenapa tidak?” tanya sang pangeran. “Panggilah Ia untuk datang kemari.” Pada saat itu semua orang yang berada di ruangan tertawa dan menolak untuk membawa si Kulit Keledai ke dalam ruangan tersebut. Akan tetapi ketika Ia mengeluarkan jarinya keluar dari kulit keledai tersebut, terlihatlah tangannya yang halus dan seputih gading dan cincin itu masuk dengan mudah ke jarinya, seakan-akan memang dibuat khusus untuknya. Melihat hal itu, semua orang yang hadir di ruangan terkesima dan menahan nafas.

Mereka yang hadir berniat untuk mengantarkannya ke hadapan raja pada saat itu juga, akan tetapi Ia meminta agar Ia diperbolehkan untuk berganti pakaian sebelum menghadap raja dan ratu. Beberapa orang tertawa mendengar permintaan si Kulit Keledai tersebut. Tetapi begitu si Kulit Keledai memasuki ruang kerajaan dengan gaunnya yang indah, perhiasan-perhiasan mahal yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya, rambutnya yang berwarna keemasan, kulit yang indah, serta mata birunya yang bersinar terang, semua orang yang ada di ruangan itu termaksud para putri bangsawan yang cantik jelita seperti kehilangan pesona mereka apabila dibandingkan dengan sang putri. Di tengah-tengah itu semua, raja dan ratu amatlah senang karena mereka telah menemukan seorang menantu yang begitu mempesona. Sang pangeran sendiri hampir tidak dapat menahan rasa bahagianya. Dalam waktu singkat, seluruh kerajaan mulai mempersiapkan pernikahan mereka. Raja-raja dari kerajaan tetangga datang untuk memberikan ucapan selamat, dan pernikahan mereka berdua berlangsung dengan sangat meriah.

Dari semua raja-raja yang datang tersebut, tidak ada satu pun diantara mereka yang datang dengan iring-iringan semeriah iringan dari ayah sang putri. Ketika melihat bahwa anaknyalah yang menikah, sang raja kemudian segera menghampiri putrinya dan meminta maaf.

“Tuhan maha baik,” katanya, “karena Ia telah mempertemukan aku kembali dengan putriku.” Di tengah-tengah kebahagiaannya tersebut, Ia memeluk putrinua dengan penuh kasih sayang. Semua orang yang melihat hal tersebut merasa bahagia, dan ayah dari sang pangeran pun merasa sangat senang ketika mengetahui bahwa ayah dari menantunya merupakan seorang raja yang sangat berkuasa. Pada saat itulah peri pelindung sang putri muncul dan menceritakan semua yang telah terjadi pada sang putri dan seluruh kerajaan bersorak untuknya.