Putri Elm dan Gelang Pengikat

Putri Elm adalah putri cantik di kerajaan Marpen. Sebagai putri semata wayang, sang putri sangat disayang oleh raja dan ratu. Hampir seluruh keingingan sang putri akan dipenuhi. Karena itu, Putri Elm tumbuh menjadi putri yang kurang dapat menghargai orang lain dan ringan tangan. Raja dan ratu sangat menyayangkan kepribadian sang putri. Akan tetapi, tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk mengubah perilaku sang putri.

Suatu sore, seperti biasa sang putri berjalan-jalan di kebun mawar belakang istana. Namun baru beberapa langkah ia berjalan, dilihatnya sosok gadis pelayan kecil yang sedang memetik salah satu bunga mawar biru kesukaannya.

“Hei kau, pelayan kurang ajar! Apa yang kau lakukan disitu?” hardik Putri Elm.

“Ammpun Putri. Hamba sungguh tidak bermaksud untuk berlaku kurang ajar. Saat ini ibu hamba terbaring sakit di rumah. Karena ibu hamba sangat menyukai bunga mawar, hamba bermaksud untuk memetik setangkai bunga mawar untuk menemani ibu hamba di rumah.”

“Jangan banyak alasan kamu! Bisa saja kamu hanya mencari-cari alasan untuk mengambil bunga mawar kesukaannku ini!” hardik Putri Elm sambil mendorong gadis pelayan tersebut hingga jatuh tersungkur.

Gadis pelayan itu bangkit dengan tertatih-tatih dan memohon ampun kepada sang putri. Namun mata Putri Elm terpaku pada gelang emas bertatahkan batu Ruby yang dipakai si gadis pelayan. Gelang itu begitu indah dan memikat Putri Elm.

“Baiklah, aku akan mengampunimu. Sebagai gantinya, kau harus memberikan gelang itu padaku sebagai ganti rugi atas bunga mawar yang kau petik.”

Gadis pelayan itu terhenyak mendengar perkataan sang putri.

“Cepat kau putuskan. Berikan aku gelang itu, atau aku akan melaporkanmu kepada kepala keamanan supaya kau dihukum” bentak Putri Elm.

“Ampun, Tuan Putri. Gelang ini adalah gelang kesayangan hamba. Hamba akan memberikannya kepada Tuan Putri. Gelang ini merupakan gelang ajaib yang dapat menuntun pemiliknya menjadi lebih baik” ujar sang gadis pelayan.

“Cepat kau berikan gelang emas itu!” hardik Putri Elm. Gadis pelayan itupun memberikan gelangnya dengan patuh.

Selepas dari pertemuannya dengan sang gadis pelayan, sang putri terus mengagumi gelang barunya. Gelang itu dipakainya kemana saja. Putri Elm merasa bahwa gelang itu seolah memang telah dibuat khusus untuknya.

Ketika sang putri sedang asyik mengagumi gelangnya sambil bersantap siang, seorang pelayan tanpa sengaja menumpahkan air minuman sang putri.

Melihat hal tersebut, sang putri bangkit dari tempat duduknya. Ia hendak menghardik dan memukul pelayan tersebut.

Tiba-tiba keanehan terjadi. Gelang bertatahkan batu rubi tersebut seolah mengikat tangan sang putri.

Putri Elm sangat terkejut dan berteriak kesakitan. Ia mencoba melepaskan gelang tersebut namun tidak bisa.

Sejak hari itu, setiap kali sang putri memukul pelayan-pelayannya dengan semena-mena, gelang tersebut selalu mengikat tangan sang putri dan baru berhenti setelah Putri Elm berhenti memukuli pelayannya.

Putri Elm menjadi sangat takut. Ia berusaha untuk melepaskan gelang itu, tetapi tidak berhasil. Dipanggilnya kepala pelayan kerajaan Marpen.

“Cepat kau cari gadis pelayan yang memberikanku gelang ini dan bawa dia kemari”

Dua hari kemudian, kepala pelayan kembali menghadap sang putri. “Maafkan hamba, Putri. Hamba telah mencari ke seluruh wilayah kerajaan Marpen, namun hamba tidak dapat menemukan gadis tersebut.”

“Apa kau bilang? Bodoh sekali kamu. Ia hanya seorang gadis, bagaimana mungkin kau tidak dapat menemukannya!” bentak Putri Elm.

Sang putri melayangkan tangannya untuk memukul kepala pelayan tersebut. Akan tetapi, sekali lagi gelang tersebut mengikat tangan sang putri. Putri Elm berteriak kesakitan dan menyuruh kepala pelayan tersebut untuk pergi.

Seperginya kepala pelayan, Putri Elm duduk di kamarnya dan merenungkan kejadian-kejadian yang terjadi setelah pertemuannya dengan sang gadis pelayan.

Ia menyadari bahwa gelang tersebut hanya mengikatnnya pada saat ia hendak memukul pelayan-pelayannya. Putri Elm pun sadar akan perilakunya yang kurang baik.

Sejak saat itu, Sang Putri tidak pernah memukul pelayannya yang melakukan kesalahan. Apabila mereka melakukan kesalahan atau hal yang tidak disukainya, Putri Elm akan dengan halus menegur mereka.

Raja, ratu, dan semua orang di istana heran dengan perubahaan Sang Putri. Meskipun mereka tidak tahu apa yang telah mengubah sang putri, mereka sangat bersyukur dengan perubahan tersebut. Putri Elm tumbuh menjadi putri yang bijaksana dan penuh penghargaan kepada orang lain.

Ketika akhirnya Sang Raja turun tahta, Putri Elm menggantikannya untuk memerintah kerajaan Marpen. Ia dikenal sebagai putri yang bijaksana dan peduli dengan rakyatnya.