Gaun Cantik Putri Sofia

Satu bulan lagi, Putri Sofia akan mengadakan pesta ulang tahunnya yang ke-13. Di hari ulang tahunnya, Putri Sofia ingin menjadi gadis tercantik di pesta ulang tahunnya. Untuk itu, dari jauh hari sang putri meminta gaun ulang tahun paling cantik dan indah pada ayahnya.

“Pokoknya aku minta gaun yang dihiasi batu permata safir dan juga rubi, Ayah!” pesan Putri Sofia pada ayahnya, Raja Nobio.

“Itu terlalu berlebihan, Sayang. Gaun-gaunmu masih banyak yang bagus, pakailah itu saja dulu,” kata Ratu menasehati.

“Kerajaan kita sedang mengalami masalah, Putri,” tambah Raja Nobio. “Paceklik dan kemarau membuat rakyat kerajaan kita hidup susah. Tanaman sulit tumbuh, sehingga rakyat banyak yang kelaparan,” jelas Raja Nobio lebih lanjut.

Putri Sofia menekuk wajah, cemberut. “Kerajaan kita juga akan malu jika, Putri-nya memakai gaun jelek,” sungut Putri Sofia. “Kalau tidak ada gaun baru yang cantik seperti yang kuinginkan, aku akan mogok bicara!” seru Putri Sofia ketus sambil menutup pintu kamarnya dengan keras.

Raja dan ratu saling berpandangan pasrah dan bingung menghadapi sikap Putri Sofia yang keras kepala dan egois itu. Gaun yang diminta Putri Sofia tentu sangat mahal harganya. Sedangkan kas kerajaan mulai menipis untuk menutupi kebutuhan rakyat. Akhirnya dengan berat hati, diambillah keputusan berat oleh sang raja. Gaun bertabur batu permata safir dan rubi akan dibuat untuk Putri Sofia. Betapa senang hati Putri Sofia. Seharian dia tersenyum sambil bolak-balik ruang jahit istana. Semua penjahit istana bekerja keras membuat gaun paling cantik yang diinginkan Putri Sofia untuk pesta ulang tahunnya.

Hari ulang tahun semakin dekat, gaun Putri Sofia hampir jadi. Batu permata safir dan rubi berkilauan indah menghiasi gaun Putri Sofia. Namun, sehari sebelum pesta ulang tahun digelar, penjahit utama kerajaan tiba-tiba tidak bisa menyelesaikan sisa jahitan yang tinggal sedikit. Dengan terburu-buru, ia meminta ijin pada Raja Nobio untuk libur, karena anaknya sedang sakit keras.

Putri Sofia yang mendengar berita itu, mulai cemberut lagi. “Kenapa Ayah memberikan ijin pada Bibi Elly, penjahit utama kerajaan untuk mengambil libur? Gaunku tidak akan selesai. Aku tidak mau tahu, gaunku harus jadi sebelum pesta ulang tahunku dimulai!” protes Putri Sofia.

Raja Nobio tersenyum penuh misteri, “Kalau begitu kenapa kamu tidak menemui penjahit utama di rumahnya, Putri?” usul Raja Nobio. Putri Sofia terlihat ragu. Ia jarang keluar istana. Tapi demi gaun cantik yang diinginkannya, Putri Sofia memutuskan untuk pergi ke rumah Bibi Elly si penjahit utama kerajaan di pinggir ladang.

Sepanjang perjalanan Putri Sofia terkejut dengan keadaan kerajaannya. Benar apa yang ayahnya katakan. Seluruh sawah dan ladang di kerajaan mati dan gersang. Anak-anak yang biasa bermain juga tidak terlihat. Suara tangisan anak-anak yang meminta makan atau mengeluh sakit terdengar dari rumah-rumah yang dilewati Putri Sofia.

Putri Sofia menutup telinga sambil memeluk erat gaun ulang tahunnya yang belum jadi. Ia mempercepat ayunan langkahnya menuju rumah penjahit utama kerajaan. Di dalam pikirannya hanya ada gaun dan gaun.

Putri Sofia tertegun begitu sampai di rumah penjahit utama kerajaan. Rumahnya sangat sederhana dengan dinding kayu mahoni yang sudah agak lapuk. Cerobong asap yang kotor membuat rumah di depannya sedikit terlihat tidak terawat. Putri Sofia melihat lagi denah yang digambar oleh ayahnya.

Benarkah ini rumah Bibi Elly? Putri Sofia bertanya pada dirinya sendiri. Sedikit ragu, Putri Sofia mengetuk pintu rumah. Seorang anak laki-laki berusia sekitar 5 tahun membuka pintu. Badannya kurus dan ceking.

“Hai!” sapa Putri Sofia kikuk. “Apakah Bibi Elly ada?” tanya Puti Sofia sambil tersenyum kaku.

Bocah laki-laki itu mengangguk membalas senyum Putri Sofia. “Silakan masuk!” ujarnya sambil membuka pintu lebih lebar agar Putri Sofia bisa masuk.

Putri Sofia melangkah perlahan mengikuti langkah bocah kecil itu sambil mengamati ruang tamu rumah Bibi Elly yang sederhana. Tidak ada perabotan mahal disana. Hanya ada 2 kursi dan 1 meja kayu.

“Itu Mama!” tunjuk bocah laki-laki itu. Putri Sofia melihat Bibi Elly yang sedang menyuapi seorang anak perempuan seusianya yang terbaring lemah.

“Putri Sofia!” seru Bibi Elly sambil bangkit menyambut kedatangan Putri Sofia. “Maaf, rumah Bibi seperti ini!”

Putri Sofia tersenyum, “Tidak apa, Bibi. Oh dia anak, Bibi?” tanya Putri Sofia sambil mengalihkan pandang kepada gadis di depannya yang tersenyum lemah.

Bibi Elly mengangguk sedih. “Sudah satu minggu Ony sakit, Putri. Tapi penyakitnya semakin parah dari hari ke hari. Tabib sangat mahal, kami tidak mampu membayar” cerita Bibi Elly.

Wajah Bibi Elly dan Ony yang terbaring sakit membuat Putri Sofia sedih. Ia tidak lagi memikirkan gaunnya. Putri Sofia mencari ide untuk membantu Bibi Elly. Dipandangnya gaun ulang tahunnya yang berkilauan. Tiba-tiba Putri Sofia mendapat ide.

Tidak apa kehilangan satu batu safir, yang penting Ony bisa sembuh, bathin Putri Sofia dalam hati. Putri Sofia mencabut satu batu safir dan memberikannya pada Bibi Elly.

“Astaga, ini terlalu mahal!” seru Bibi Elly kaget.
“Ambillah, Bibi. Ini untuk menyembuhkan Ony,” kata Putri Sofia tulus. “Panggilah tabib paling hebat!”

Putri Sofia pamit untuk pulang menuju istana. Sambil diiringi lambaian tangan Bibi Elly yang menangis bahagia, Putri Sofia tersenyum lebar. Hatinya tidak pernah sebahagia ini. Sepanjang perjalanan pulang, Putri Sofia banyak menemui orang-orang yang kesusahan. Setiap orang yang membutuhkan bantuan, Putri Sofia akan memberikan batu permata dari gaunnya.

Begitu seterusnya, Putri Sofia memberikan satu persatu permata di gaunnya sampai tidak ada lagi yang tersisa. Gaun Putri Sofia tidak lagi berkilauan. Gaunnya sekarang hanya gaun biasa. Tapi anehnya, Putri Sofia tidak sedih. Ia malah merasa bahagia sekali karena telah menolong banyak orang.

“Bagaimana dengan gaunmu, Putri?” Raja Nobio bertanya begitu Putri Sofia tiba di istana.

Dengan senyum paling manis, Putri Sofia menjawab, “Aku sudah mendapatkan gaun paling cantik, Ayah!” Putri Sofia memperlihatkan gaunnya yang sudah tidak berkilauan lagi. “Gaun cantik bukan dari banyaknya permata, Ayah! Tapi gaun cantik adalah gaun sederhana yang bisa membuat orang lain bahagia. Aku rasa rakyat kerajaan kita lebih bangga memiliki putri yang peduli daripada putri bergaun cantik,” kata Putri Sofia riang sambil memeluk gaunnya.

Raja Nobio dan ratu saling tersenyum mengedipkan mata. Rencana mereka dan Bibi Elly ternyata berhasil.