Boneka Kue Jahe

Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami-istri. Mereka sudah tua, dan hidup mereka bahagia. Namun, ada satu hal yang kurang dalam kehidupan mereka. Mereka tidak kunjung di karuniai seorang anak. Padahal, kakek-nenek tersebut sudah menantikan kehadiran seorang anak ditengah-tengah mereka.

Suatu hari Nenek membuat adonan kue jahe. Salah satu adonannya di bentuk menyerupai seorang anak laki-laki, lalu dimasukkanlah adonan tersebut ke dalam oven. Dia dan suaminya bersama-sama menunggu kue matang. Sesekali, Nenek membuka oven untuk memeriksa apakah kuenya sudah matang. Namun, betapa terkejutnya mereka ketika kue jahe yang berbentuk anak laki-laki itu melompat keluar dari oven. Kue itu berlari dengan lincah, secepat yang ia bisa. Kakek dan Nenek pun langsung mengejarnya.

Boneka kue jahe itu berlari dan berlari sedemikian cepat, sehingga Kakek dan Nenek tidak mampu mengejarnya. Kue jahe pun tiba di sebuah lumbung padi di mana terdapat beberapa penggilingan padi di dalamnya. Boneka kue jahe itu pun memanggil penggilang padi dengan berkata:
”Sang kakek tak berhasil menangkapku”.
”Sang nenek juga tak berhasil menangkapku”.
”Bisakah kau menangkapku?”

Lalu dia berlari lagi dengan si penggillingan padi yang mengejarnya di belakang. Boneka kue jahe berlari dengan gesit. Si penggilling padi itu pun tak mampu menandinginya. Kini Boneka kue jahe itu tiba di sebuah ladang yang terdapat sebuah pemotong rumput yang sedang tidak di gunakan. Lagi-lagi Boneka kue jahe menantang si mesin pemotong rumput. Dia berkata:
”Sang kakek tak berhasil menangkapku”.
”Sang nenek juga tak berhasil menangkapku”.
”Mesin penggillingan padi pun tak bias menangkapku”.
”Bisakah kau menangkapku?”

Tanpa pikir panjang, si mesin pemotong rumput langsung mengrjarnya. Namun, Boneka kue jahe berlari begitu cepat. Badannya yang kecil membuatnya cepat tidak terlihat. Si mesin pemotong rumputpun menyerah. Dia tak mampu mengejar si kue jahe. Boneka kue jahe tersenyum senang. Dia meneruskan langkahnya hingga bertemu dengan seekor sapi, dia pun berkata:
”Sang kakek tak berhasil menagkapku”.
”Sang nenek juga tak berhasil menangkapku”.
”Mesin penggiling padi”.
”Mesin pemotong rumput”.
”Keduanya tak bias menangkapku”
”Bagaimana denganmu?”

Sapi pun berlari mengejarnya. Namun seperti biasa, boneka kue jahe berhasil menghindarinya. Kue jahe senang karena tidak ada yang berhasil menangkapnya. Di tengah perjalanan, dia bertemu dengan seekor kuda. Melihatnya, Boneka kue jahe pun kembali berkata:
”Sang kakek tak berhasil menangkapku
”Begitupun sang nenek”.
”Mesin penggiling padi”.
”Mesin pemotong rumput”.
”Juga seekor sapi”.
”Mereka tak pernah berhasil menangkapku”.
”Bisakah kau menangkapku?”

Kemudian, Boneka kue jahe berlari sekencang-kencangnya. Dia berlari ke tempat yang sempit sehingga kuda tak bisa menangkapnya. Dia pun berjalan kembali sehingga bertemu dengan seekor rubah. Kue jahe memanggilnya lalu berkata:
”Sang kakek tak bisa menangkapku”.
”Sang nenek juga tak bias”.
”Mesin penggiling padi”.
”Mesin pemotong rumput”.
”Seekor sapi”.
”Dan seekor kuda”.
”Tidak ada yang menangkapku”.
”Begitupun kamu, aku pasti bias mengalahkanmu”.

Rubah pun berlari mengejarnya dengan cepat. Kini Boneka kue jahe mendapat lawan yang seimbang. Rubah yang gesit itu berhasil menagkap si Boneka kue jahe. Rubah pun memakan si kue jahe yang lezat itu sedikit demi sedikit. Boneka kue jahe mulai kehilangan tangannya, kakinya, kepalanya, lalu seluruh badannya.