Balas Budi Bangau Ajaib

Zaman dahulu kala ada suami – istri yang sudah tua. Mereka hanya mengandalkan hasil menjual kayu bakar untuk hidup.

Pada suatu hari yang bersalju, si kakek dan nenek pergi menjual kayu bakar ke kota. Di tengah jalan, mereka melihat seekor burung bangau yang terperangkap dan karena kasihan, mereka menolong dan melepaskannya.

Beberapa malam kemudian, terdengarlah suara orang yang mengetuk pintu. Diluar pintu, terlihat seorang gadis yang sedang menggigil kedinginan. Gadis itu bercerita bahwa dia hidup sebatang kara. “Malam ini begitu dingin, nek. Jadi, aku mencari tempat untuk menghangatkan badan. Lagi pula, aku sulit mencari jalan menuju ke kota. Untung saja aku melihat setitik cahaya api dirumah ini,” si kakek dan nenek saling memandang dan tersenyum.

Akhirnya, nenek berbicara, “kamu boleh tinggal disini selama yang kamu mau, nak!”

Gadis bernama Otsuru itu pun menerima ajakan si kakek dan nenek. Otsuru sangat rajin dan suka membantu pekerjaan nenek, seperti memasak dan membersihkan rumah.

Suatu hari, si kakek pulang dengan lesu karena hutan di dekat rumah mereka sudah gundul. Jadi, mereka tidak punya tempat untuk mencari kayu bakar.

“kok sudah pulang, kek?” tanya nenek bingung.

“semakin sedikit luas hutan kita, nek. Sisa – sisa ranting yang patah semakin sulit dicari. Para pemuda lebih suka menebang dan tidak menanamnya kembali,” jelas kakek.

Otsuru mendengar pembicaraan itu langsung masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian, ia keluar dari kamar dengan membawa kain tenun yang indah.

“Jangan bersedih, kek, nek. Jual saja kain tenun yang saya buat.”

Si kakek pun membawa kain indah itu ke pasar. Ternyata, kain indah itu terjual dengan harga tinggi.

“Terimakasih, nak. Uang ini cukup untuk hidup kita selama satu minggu.”

Si nenek pun memeluk Otsuru dan berterimakasih atas bantuan gadis itu.

sejak saat itu, Otsuru selalu menenun kain untuk menghidupi keluarga tersebut. Namun, Otsuru meminta agar jangan ada yang masuk ke kamarnya ketika bunyi alat tenun terdengar.

Semalaman, Otsuru menenun untuk menghasilkan kain yang indah. Ketika Otsuru keluar kamar, si kakek segera menuju ke pasar untuk menjual kain indah itu.

Kain – kain tenun Otsuru terjual dengan harga tinggi. Bahkan, banyak orang yang memesan kain tenun tersebut. Si kakek pun memberitahu Otsuru tentang pesanan kain tenun. Namun Otsuru menggeleng. “Ini akan menjadi yang terakhir,” kata Otsuru lirih. Ia segera masuk ke kamar dan terdengarlah bunyi alat tenun.

Karena tidak bisa menahan rasa penasaran, kakek dan nenek pun mengintip ke kamar Otsuru. Mereka bingung karena Otsuru bisa menenun dengan cepat dan indah.

Alangkah terkejutnya ketika mereka melihat bukan Otsuru yang sedang menenun. Dikamar, terlihat seekor bangau putih sedang mencabuti bulunya untuk bahan menenun. Bangau putih itu menoleh dan melihat kakek – nenek yang sedang memperhatikannya.

“Kakek dan nenek sekarang sudah tahu siapa saya. Saya adalah bangau putih yang pernah kalian tolong. Saya ingin membalas jasa kalian dengan menenun kain dari bulu saya sendiri,” jelasnya.

Si kakek dan nenek pun terlihat sedih. “seperti yang telah saya katakan, saya harus pergi sekarang. Maafkan saya,”kata bangau putih. “Oh jangan pergi, Otsuru. Tinggallah bersama kami,” pinta kakek dan nenek.

Bangau putih tetap menggeleng dan terbang tinggi ke awan. Sementara itu, kakek dan nenek hanya bisa menangis sedih.