Kakek Pemekar Bunga

Ada seorang kakek yang miskin, tetapi baik hati dan suka menolong. Suatu ketika, ia menemukan anak anjing berbulu putih dan kemudian, ia memelihara anjing tersebut serta menamakannya Shiro.

Suatu hari, ketika si kakek memanggil. Shiro malah berlari ke bawah pohon. Anjing itu menggonggong dan mengais – ngais tanah. “Ada apa, shiro? Apakah ada tulang dibawah sini?” tanya kakek. Shiro pun menggonggong gembira. Jadi si kakek mulai menggali tanah yang ditunjuk anjingnya itu dengan cangkul. Di sebelahnya Shiro juga ikut – ikutan menggali tanah dengan cakarnya.

Tring! Tiba – tiba cangkul si kakek beradu dengan benda logam. Si kakek pun berjongkok memeriksa cangkul dan tanah galiannya. “Oh, banyak sekali keping emas disini Shiro, terimakasih,” teriak si kakek sambil memeluk Shiro. Si kakek pun pulang dan menyimpan emas tersebut. Ia juga membagikan sebagian lagi untuk orang – orang miskin.

Mendengar hal itu, tetangga si kakek, seorang yang serakah ingin meminjam Shiro. Tetangga itu membawa Shiro ke kebunnya. Berhari – hari diajak bermain di kebun, Shiro diam saja. Kesal lah tetangga tamak itu dan ia memukul Shiro. Shiro pun mati.

“Maafkan aku, kek. Shiro nakal sehingga saya memukulnya,” kata si tetangga. Si kakek pun memaafkan tetangganya dan menguburkan Shiro di halaman rumahnya.

Suatu malam, si kakek bermimpi tentang Shiro. “Tebanglah pohon dekat kuburanku dan jadikan palu,” kata Shiro dalam mimpi itu. Setelah bangun, si kakek langsung menebang pohon itu. Dari kayunya, ia membuat palu untuk menumbuk kue mochi. Anehnya kue mochi itu berubah menjadi kepingan emas.

Tetangganya yang tamak tadi kembali datang dengan tergopoh – gopoh. Setelah berhasil meminjam palu, si tamak itu langsung menumbuk kue mochinya. Yang terjadi, mochinya justru menjadi hitam legam. Si tamak marah dan melempar palu itu ke perapian, “Palu tidak berguna!!!”.

Si kakek kecewa dengan tingkah laku tetangganya. Namun, ia tetap memaafkan dan mengumpulkan abu palu tersebut ke dalam kantung. Si kakek menabur abu ke dekat kuburan Shiro sambil berdendang. “Mekarlah bunga sakura, mekarlah.”

Ajaib, pohon yang tadinya sudah ditebang menjadi tumbuh kembali. Lama kelamaan, pohon itu menjadi indah dengan bunga sakura bermekaran daam sekejap. “Indahnya… coba aku tebarkan ke pohon yang lain.” Si kakek kembali berdendang sambil menabur abu. Ternyata, bunga sakura mulai bermekaran.

Seorang samurai yang melintas terpana melihat keindahan kebun si kakek dan memberi si kakek beberapa keping emas. Namun tetangganya yang tamak itu merebut kantung abu dari kakek. “Ini kantung abuku, ” kata tetangga itu sambil menaburkan abu di kebunnya.

Namun bunga sakura tidak juga mekar. Pohon – pohon itu malah layu dan berguguran. Si samurai pun marah dan menghukum si tetangga tamak itu. Melihat hal itu, kakek mendatangi si samurai dan memohonkan maaf atas perbuatan tetangganya.

Samurai pun akhirnya mengabulkan permohonan maaf sang kakek dan membebaskan tetangganya itu. Si samurai meminta kakek untuk terus menjadi pemekar bunga.